BELAJAR DARI KUCING. Seekor kucing tidak meminta izin untuk bertindak. Ketika ingin melompat ke atas meja, ia melompat. Ketika ingin pergi, ia pergi. Tidak ada pembenaran, tidak ada keraguan. Ini bukan kekacauan, tetapi otonomi. Kucing tidak membutuhkan instruksi. Mereka tahu apa yang mereka inginkan dan menindaklanjutinya dengan cara mereka sendiri. Apa yang membedakan kucing bukan hanya kemandirian mereka, tetapi juga kemampuan mereka untuk membuat keputusan cepat dengan kontrol. Seekor kucing bisa duduk diam selama berjam-jam, diam-diam mengawasi sekelilingnya. Tetapi ketika momen tepat, ia bergerak dengan presisi dan kejelasan. Ia tidak menunggu, tidak meminta, dan tidak mencari persetujuan. Kucing tidak pernah berpura-pura menjadi hal lain. Mereka tidak mengejar tren atau meniru orang lain. Kucing kota masih membawa semangat alam liar, dan kucing liar dapat menyesuaikan diri dengan atap atau apartemen. Mereka mudah beradaptasi, namun mereka tidak pernah kehilangan identitas mereka. Itulah kekuatan makhluk yang telah disembah, dijinakkan, tetapi tidak pernah benar-benar dimiliki. Yang terpenting, kucing ahli dalam adaptasi. Dunia dapat bergeser, orang menjadi lebih sibuk, lingkungan menjadi tidak dapat diprediksi, tetapi kucing terus berlanjut. Ia menemukan ruangnya, diam-diam. Itu tidak memerlukan peta atau instruksi. Dengan naluri, kesadaran, dan ketahanan yang tenang, ia bertahan. Kucing tidak membutuhkan kebisingan agar efektif. Mereka tidak mengumumkan keberhasilan mereka. Tetapi setiap tindakan memiliki tujuan. Keheningan mereka bukanlah kelemahan - itu adalah fokus. Jika ada jenis struktur di dunia manusia yang dapat belajar dari cara kucing hidup - itu adalah DAO. Dalam lingkungan terdesentralisasi di mana setiap orang bertindak secara independen dan di mana kekacauan sering mengancam arah, belajar dari kucing menjadi pelajaran yang kuat: untuk sadar, bergerak dengan tujuan, untuk beradaptasi tanpa kehilangan diri, dan untuk bertindak dengan jernih bahkan ketika dunia tidak pasti.
7,53K